Sabtu, 05 Maret 2011

Manfaat kantong Semar

Kantong Semar (Tabung Beruk dalam Bahasa Lembak)


(Photo adalah Kantong Semar yang ditemui di Danau Dendam Tak Sudah)

Tanaman ini termasuk dalam Genus Nepenthes (Kantong semar, bahasa Inggris: Tropical pitcher plant), yang termasuk ke dalam familia monotypic, terdiri dari 80-100 spesies, baik yang alami maupun hibrida. Genus ini merupakan tumbuhan karnivora di kawasan tropis Dunia Lama, kini meliputi negara Indonesia (55 spesies, 85%), Tiongkok bagian selatan, Malaysia, Filipina, Madagaskar, Seychelles, Australia, Kaledonia Baru, India, dan Sri Lanka. Habitat dengan spesies terbanyak ialah di pulau Borneo dan Sumatra.

Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 15-20 m dengan cara memanjat tanaman lainnya. Pada ujung daun terdapat sulur yang dapat termodifikasi membentuk kantong, yaitu alat perangkap yang digunakan untuk memakan mangsanya (misalnya serangga, pacet, anak kodok) yang masuk ke dalam.

Klasifikasi Ilmiah: Kingdom Plantae, Filum: Magnoliophyta, Kelas Magnoliosida, Ordo: Caryophyllales, Famili: Nepenthaceae, Spesies: - ; Nama Binomial: Linnaeus

Flora Yang Mesti di Lindungi

Bagi kalangan pencinta tanaman, jenis ini merupakan tanaman hias yang sedang naik daun. Kantong Semar adalah sebuah nama yang tidak asing, tetapi masih banyak orang yang belum melihat secara lansung. Tanaman ini adalah pemaksa daging atau lebih di kenal istilah ekologi adalah Tanaman Karnivora. Nepenthes, pertama dikenalkan oleh J.P Breyne. Nama Nephentes diambil dari sebuah nama gelas anggur. Di Indonesia, disebut sebagai kantong semar, dengan sebutan beragam di berbagai daerah, periuk monyet (Riau), kantong beruk (Jambi), ketakung (Bangka), sorok raja mantri (Jawa Barat). ketupat napu (Dayak Katingan), telep ujung (Dayak Bakumpai), selo begongong (Dayak Tunjung), dan Tabung Beruk (Bahasa Lembak).

Tumbuhan termasuk tumbuhan liana (merambat) ditanah ataupun di ranting-ranting pohon,berumah dua, serta bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda. Hidup di tanah (terrestrial), ada juga yang menempel pada batang atau ranting pohon lain (epifit). Kantong Nepenthes merupakan perubahan bentuk dari ujung daun yang memiliki fungsi menjadi perangkap serangga atau binatang kecil lainnya. Karenanya tumbuhan ini digolongkan sebagai tanaman karnivora (carnivorous plant), selain Venus Flytrap (Dionaea muscipula), sundews (Droseraceae) dan beberapa jenis lainnya. Tanaman karnivora umumnya hidup pada tanah miskin hara, khususnya nitrogen, seperti kawasan kerangas.

Nepenthes termasuk dalam famili Nepenthaceae dan kelas Magnoliopsida pada umumnya tumbuh pada hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan gambut, hutan kerangas, gunung kapur, padang savanna dan tepi danau. Nepenthes tersebar mulai dari Australia bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Terdapat sekitar 82 jenis nepenthes di dunia dan 64 jenisnya berada di Indonesia Borneo (Kalimantan, Serawak, Sabah, dan Brunei) merupakan pusat penyebaran nepenthes di dunia. Sesuai dengan ketinggian tempat hidupnya, Nepenthes dibagi menjadi tiga golongan, yaitu yang hidup pada dataran rendah (0-500 mdpl (meter dari permukaan laut)), dataran menengah (500-1.000 mdpl) dan dataran tinggi (di atas 1.000 mdpl). Untuk di dataran rendah meliputi jenis N. gracilis, N. mirabilis, N. reinwardtiana, dan N. raflesiana, N. adnata, N. clipeata, N. mapuluensis merupakan jenis yang dapat hidup di dataran menengah. Sedangkan yang dapat tumbuh baik di dataran tinggi meliputi N. diatas, N. densiflora, N. dubia, N. ephippiata dan N. eymae. Perbanyakan tanaman Nepenthes dilakukan melalui stek batang, biji dan memisahkan anakan. Umumnya Nepenthes yang hidup terrestrial di dataran rendah tumbuh di tempat-tempat yang berair atau dekat sumber air pada substrat yang bersifat asam. Nepenthes juga membutuhkan cahaya matahari intensif dengan panjang siang hari antara 10-12 jam setiap hari sepanjang tahun, dengan suhu udara antara 23-31°C dan kelembaban udara antara 50-70%.
Manfaat Kantong Semar

Selain semangat tanaman hias Kantong Semar juga memiliki fungsi yang tidak kalah penting, diantaranya :

1.Sebagai Indikator Iklim
Jika pada suatu kawasan atau areal di tumbuhi oleh Nepenthes gymnamphora, berarti kawsan tersebut tingkat curah hujannya cukup tinggi, kelembaban diatas 75 %, tanahnya pun miskin unsur hara

2.Tumbuhan Obat
Cairan dari kantong yang masih tertutup, digunakan sebagai obat batuk.

3.Sumber air minum bagi Petualang
Bagi para pendaki gunung yang kehausan kantong semar jenis N. gymnamphora merupakan sumber air yang layak minum karena pH-nya netral (6-7), tetapi kantong yang masih tertutup, karena kantong yang terbuka sudah terkontaminasi dengan jasad serangga yang masuk kedalam, pH-nya 3 dan rasanya masam.

4.Sebagai Pengganti tali
Batang dari Kantong Semar ini bisa di gunakan sebagai pengganti tali untuk pengikat barang.

5. Sabagai tanaman hias
Sejak beberapa waktu yang lalu, kantong semar mulai diperkenal sebagai tanaman hias yang mempunyai daya tarik tersendiri, bahkan orang rela berburu sampai kepuncak-puncak gunung untuk mendapatkan kantong semar ini.

Ancaman Si Kantong Semar

Semua jenis Nepenthes adalah dilindungi, akan tetapi keberadaannya sekarang ini sudah semakin sedikit. Habitatnya yang semakin sempit baik itu di karenakan aktifitas manusia secara lansung maupun maupun tidak lansung. Ancaman terhadap si Kantong Semar disebabkan oleh beberapa kemungkinan: (1) Pembukaan Kawasan Tambang, (2) Pembukaan Kawasan Untuk Tambak, (3) perambahan kawasan pertumbuhannya untuk kepentingan lahan pertanian dan perkebunan, dan (4) Eksploitasi jenis untuk di komersilkan

Pesona nephentes kini kian melejit. Banyak penggemar tanaman mulai mengoleksi beragam jenisnya. Keunikan sosok dan sifat menjadi daya tarik utama. Misalnya, kemampuan tanaman memangsa serangga. Meski umum ditemukan di dataran tinggi, tetapi beberapa mampu beradaptasi di dataran rendah. Sayang, merawat agar kantongnya banyak dan memperbanyak nephentes tidaklahlah mudah. Butuh penanganan dan perawatan yang tepat agar tampil prima. Bila tak piawai merawat, biarkan keindahan kantong semar itu berada di habitatnya agar si pemangsa tetap jadi penguasa pegunungan.

Jumat, 04 Maret 2011

Sejarah Nama Nepenthes

ASAL-USUL NAMA SPESIES NEPENTHES

adnata = Latin: adnatus = tumbuh pada sesuatu atau menempel pada sesuatu, mengacu pada pertumbuhan daun di mana bagian pangkal daun memanjang ke bawah dan membentuk sayap di sepanjang batang (seperti memeluk batang). *

ampullaria = Latin: ampulla = kantung yang menyerupai botol.

aristolochioides = Latin: Aristolochia = suatu genus tanaman perdu dan merambat, -oides = menyerupai.

gymnamphora = Latin: gymnos = telanjang, amphoreus = kantung.

gracilis = Latin: gracilis = tipis, ramping.

mirabilis = Latin: mirabilis = menakjubkan.

northiana = dari nama Marianne North, ilustrator pertama spesies ini.

truncata = Latin: truncatus = berakhir dengan tiba-tiba, mengacu pada bentuk ujung daun yang datar, tidak bersudut, seperti terpotong. *

khasiana = dari nama Perbukitan Khasi, India, di mana spesies ini endemik.

edwardsiana = dari nama George Edwards, Gubernur Kolonial Belanda di Labuan.

adrianii = dari nama Adrian Yusuf, orang Indonesia yang menemukannya di tahun 2004.

rafflesiana = dari nama Stamford Raffles, pendiri Singapura.

reinwardtiana = dari nama K. G. K. Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor.

eustachya = Yunani: eu = sejati, stachys = duri; mengacu pada struktur perbungaan.

campanulata = Latin: campana = lonceng.

bicalcarata = Latin: bi = dua, calcaratus = taji.

junghuhnii = dari nama Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, ahli botani Jerman yang mengoleksinya antara tahun 1840 dan 1842.

clipeata = Latin: clipeus = perisai bulat; mengacu pada bentuk daun.

veitchii = dari nama George Veitch, pembibit di Veitch Nursery, Inggris.

rajah = dari nama White Rajah (Raja Putih), yaitu dinasti yang mendirikan dan memerintah Kerajaan Sarawak dari tahun 1841 sampai 1946.

× hookeriana = dari nama Joseph Dalton Hooker, ahli botani Inggris yang hidup antara tahun 1817 dan 1911.

albomarginata = Latin: albus = putih, marginatus = tepi, pinggiran

sanguinea = Latin: sanguineus = merah darah

hirsuta = Latin: hirsutus = berbulu, berduri

spectabilis = Latin: spectabilis = terlihat, tampak

mira = Latin: mirus = menakjubkan

faizaliana = dari nama anak laki-laki penulis dan ahli biologi Malaysia M. Kh. Faizal.

maxima = Latin: maximus = sangat besar

hispida = Latin: hispidus = diliputi bulu-bulu yang kaku atau kasar, beronak

spathulata = Latin: spathulatus = berbentuk sudip (spatula).

inermis = Latin: inermis = tak bersenjata (tak berduri).

sumatrana = dari nama pulau Sumatera, di mana spesies ini endemik.

fusca = Latin: fuscus = cokelat tua, berkulit gelap.

lowii = dari nama Hugh Low, naturalis dan administrator Kolonial Kerajaan Inggris.

ventricosa = Latin: ventricosus = membengkak (membesar) di satu sisi.

saranganiensis = Latin: sarangani = Propinsi Sarangani, Pilipina, di mana spesies ini endemik, -ensis = dari.

talangensis = Latin: talang = Gunung Talang di Sumatra Barat, -ensis = dari.

mollis = Latin: mollis = lunak; mengacu pada rambut-rambut penutup.

alata = Latin: alatus = bersayap.

chaniana = dari nama C.L. Chan, Direktur Natural History Publications (Borneo).

insignis = Latin: insignis = lain dari yang lain, istimewa.

macrophylla = Latin: macro = besar, phylla = daun-daun.

klossii = dari nama H. S. Kloss, yang menemukannya pada tahun 1913.

diatas = Indonesia: di atas.

jamban = Indonesia: jamban = toilet.

jacquelineae = dari nama Jacqueline Clarke, isteri Charles Clarke, ahli botani dan ahli taksonomi spesialis genus Nepenthes berkebangsaan Australia

bongso = Indonesia: bungsu = dari cerita rakyat Puti Bungsu di Sumatera Barat.

anamensis = Latin: anam = Propinsi Annam, nama propinsi yang diberikan oleh Cina untuk wilayah Vietnam bagian utara yang dulu dikuasai Cina, -ensis = dari.

copelandii = dari nama E. B. Copeland, kurator di Manila Herbarium.

mapuluensis = Latin: Mapulu = Gunung Ilas Mapulu di Kalimantan Timur, -ensis = dari.

muluensis = Latin: mulu = Gunung Mulu di Sarawak, di mana spesies ini endemik, -ensis = dari.

murudensis = Latin: murud = gunung Murud di Sarawak, di mana spesies ini endemik, -ensis = dari.

izumiae = dari nama Izumi Davis, isteri Troy Davis, penggemar dan kolektor Nepenthes.

tenuis = Latin: tenuis = tipis, halus, ramping.

mikei = dari nama Mike Hopkins, sahabat B. Salmon & R. Maulder.

tobaica = dari nama Danau Toba di Sumatera Utara.

danseri = dari nama B. H. Danser, ahli botani dan taksonomi berkebangsaan Belanda (1891-1943) yang mengkhususkan diri pada genus Nepenthes

tomoriana = dari nama Teluk Tomori di Sulawesi, tempat asalnya.

boschiana = dari nama Graaf Johannes Van Den Bosch, Gubernur Jendral Hindia Belanda yang ke 43. Ia memerintah antara tahun 1830 – 1834. Spesies ini ditemukan pada tahun 1839 oleh ahli botani Belanda bernama P.W. Korthals.

beccariana = dari nama Odoardo Beccari, naturalis berkebangsaan Italia yang hidup antara tahun 1843 dan 1920, penemu tanaman Amorphophallus titanum (bunga bangkai) di Sumatera pada tahun 1878.

longifolia = Latin: longus = panjang, folius = daun

sibuyanensis = Latin: sibuyan = Pulau Sibuyan di Pilipina, di mana spesies ini endemik, -ensis = dari

hamata = Latin: hamatus = berbentuk seperti kait atau paruh

ramispina = Latin: ramus = cabang, spina = duri, taji

dubia = Latin: dubius = meragukan

globosa = Latin: globosus = berbentuk bulat, seperti bola

papuana = dari nama Papua, propinsi di Indonesia di mana spesies ini endemik

pilosa = Latin: pilosus = berbulu

vogelii = dari nama Dr. E. F. de Vogel, ahli botani spesialis tumbuhan paku-pakuan dan anggrek berkebangsaan Belanda.

vieillardii = dari nama Eugene Vieillard, ahli botani berkebangsaan Perancis, yang mengumpulkan tanaman dari Kaledonia Baru dan Tahiti antara 1861 sampai 1867.

paniculata = Latin: panicula = malai (kelompok bunga).

densiflora = Latin: densus = rapat, florus = bunga.

distillatoria = Latin: destillo = menyuling, -oria = bentuk kata sifat; tempat menyimpan cairan untuk disuling, periuk.

argentii = dari nama George Argent, ahli biologi Skotlandia yang pertama kali mengumpulkannya di Palawan, Pilipina.

angasanensis = Latin: angasan = nama Puncak Angasan di Aceh, -ensis = dari.

bellii = dari nama C. R. Bell, ahli botani berkebangsaan Amerika Serikat.

borneensis = Latin: borneo = dari nama Borneo (Kalimantan), asal spesies ini, -ensis = dari.

benstonei = dari nama Benjamin C. Stone (1933-1994), ahli botani berkebangsaan Amerika Serikat.

burbidgeae = dari nama isteri Frederick William Burbidge, penjelajah Inggris abad ke 19 yang mengumpulkan berbagai tanaman tropis untuk Veitch Nursery, Inggris. Burbidge adalah orang yang dianggap berjasa membudidayakan Nepenthes rajah pertama kali.

burkei = dari nama Burke, ahli botani berkebangsaan Inggris.

carunculata = Latin: caruncula, bentuk kecil dari caro = daging; mengacu pada tonjolan yang terdapat pada biji.

deaniana = dari nama Dean C. Worcester (1866 - 1924), ahli zoologi berkebangsaan Amerika Serikat yang pernah menjadi anggota Komisi Amerika Serikat di Pilipina (United States Philippine Commission).

ephippiata = Latin: ephippium = pelana, iata = berbentuk.

eymae = dari nama P. J. Eyma, ahli botani yang bekerja di Suriname dan Hindia Belanda.

glabrata = Latin: glaber = botak.

glandulifera = Latin: glandis = kelenjar, ferre = mengandung, membawa.

gracillima = Latin: bentuk komparatif dari gracilis = ramping.

hurrelliana = dari nama Andrew Hurrell, ahli botani.

lamii = dari nama Herman Johannes Lam (1892-1977), ahli botani berkebangsaan Belanda.

lavicola = Latin: lavicola = tumbuh di atas lava, mengacu pada tempat tumbuh alaminya yaitu di bebatuan vulkanik.

macfarlanei = dari nama John Muirhead Macfarlane (1855–1943), ahli botani berkebangsaan Skotlandia.

macrovulgaris = Latin: macro = besar, vulgaris = umum.

madagascariensis = Latin: madagascar = Pulau Madagaskar, -ensis = dari.

masoalensis = Latin: Masoal(a) = nama tanjung di Madagaskar, -ensis = dari.

merrilliana = dari nama Elmer Drew Merrill (1876-1956), ahli botani berkebangsaan Amerika Serikat.

mindanaoensis = Latin: Mindanao = pulau di Pilipina, di mana spesies ini endemik, -ensis = dari.

neoguineensis = Latin: Neo Guine = New Guinea (Nugini), -ensis = dari.

ovata = Latin: ovatus = bulat telur, mengacu pada daun yang berbentuk oval.

pectinata = Yunani: pektos = menggumpal; mengacu pada pektin, substansi yang terdapat di dinding sel yang melekatkan sel-sel satu sama lain.

pervillei = dari nama Perville, ahli botani berkebangsaan Perancis

petiolata = Latin: petiolatus = bertangkai; mengacu pada bentuk perlekatan daun.

philippinensis = Latin: philippin = Pilipina, -ensis = dari.

platychila = Yunani: platus = datar, chilus = bibir.

rhombicaulis = Latin: rhombicus = mengetupat (seperti belah ketupat), caulis = batang.

rigidifolia = Latin: rigidus = kaku, folius = daun.

rowanae = dari nama Ellis Rowan, ilustrator dan naturalis asal Australia.

singalana = dari nama Gunung Singgalang, Sumatera Barat.

smilesii = dari nama Smiles, ahli botani.

stenophylla = Yunani: steno = sempit, phylla = daun-daun.

tentaculata = Latin: tentacula = tentakel-tentakel (alat peraba).

treubiana = dari nama Melanchoir Treub, Kepala Departmen Pertanian, Buitenzorg (Bogor pada masa pemerintahan Hindia Belanda).

xiphioides = Latin: xiph = pedang, -oides = menyerupai; mengacu pada gigi-gigi panjang dan tipis yang terdapat di tepi peristome sebelah dalam.

Relasi Unik Kelelawar dan Kantung Semar

Jika selama ini kantung semar diidentikkan dengan si pemenang karena berhasil menjebak ribuan serangga, hasil penelitian ilmuwan asal Brunei Darussalam mengungkap hal berbeda. Kantung semar seolah menjadi pihak yang kalah sebab hanya menjadi toilet alias tempat kencing bagi kelelawar.  Hasil penelitian itu dipublikasikan di jurnal Royal Society Biology Letters bulan ini. Menurut para ilmuwan, relasi antara kantung semar dan kelelawar merupakan kasus kedua yang menggambarkan relasi tanaman karnivora dan mamalia. Sebelumnya, pada tahun 2009, dilaporkan hubungan antara tikus dan tanaman karnivora.
Ilmuwan yang meneliti kantung semar ini adalah Ulmar Grafe, seorang biolog dari Universitas Brunei Darussalam. Ia meneliti spesies kantung semar raffles atau Nepenthes rafflesiana varietas elongata. Sementara spesies kelelawar yang digunakan adalah hardwicke, ditangkap di sebuah hutan rawa gambut wilayah Brunei Darussalam.
Menurut Grafe, walaupun kantung semar tampak sebagai pihak yang kalah karena dikencingi, sebenarnya kantung semar adalah yang menang. Dengan urine dan feses kelelawar, kantung semar mendapatkan nutrisi tambahan berupa nitrogen. Analisis kimia pada kantung semar raffles menunjukkan, sebanyak 33,8 persen nutrisinya berasal dari kotoran kelelawar.
Malah, peneliti menemukan, kantung semar beradaptasi menjadi toilet terbaik bagi si kelelawar. Kantung semar memiliki kantung yang tumbuh memanjang, silindris, dan berdiameter kecil. Lubang pada kantung juga sangat mendukung bagi kelelawar untuk membuang kotorannya.
Kantung semar raffles justru kurang beradaptasi untuk menjebak serangga. Jenis  ini mengeluarkan senyawa volatil (mudah menguap) yang lebih sedikit daripada jenis lain. Akibatnya, tak begitu banyak serangga yang terjebak dalam kantungnya. Jenis ini juga memproduksi senyawa pencerna serangga yang juga lebih sedikit.
Peneliti melaporkan, meski kelelawar juga memakan serangga, kompetisi antara kelelawar dan katung semar tak ditemukan. Kelelawar juga tak pernah memakan serangga yang terjebak dalam kantung semar. Relasi antara keduanya murni mutualisme, kelawar mendapat tempat untuk membuang kotoran dan kantung semar mendapar nutrisi dari kotoran.
Grafe mengungkapkan, relasi tersebut terbentuk lewat proses evolusi setelah kelelawar bertengger di kantung semar. "Penggunaan secara insidental mungkin berevolusi menjadi reguler dan eksklusif ketika tanaman merespons dengan beradaptasi. Kantung semar menjadi tempat yang lebih atraktif untuk bertengger," papar Grafe.